Nge-review Hasil Ngawul di Sekaten

By Born Thrift Way - Desember 06, 2017


Wah, halo para Thrifters yang uhui

Pada postingan sebelumnya, kalian pasti tahu kalau kami berempat habis jalan-jalan ke Sekaten untuk melakukan thrift store shopping

Halah, maksudku ki ngawul, hehe.

Nah, seperti yang kalian tahu juga, bahwa kami ke sana sebanyak dua kali, yaitu pada 28 November 2017 di kala hujan badai melanda Jogja dan 5 November 2017 saat cuaca Jogja sudah kembali ceria. Kali ini, saya bakal bercerita sekaligus me-review ala-ala tentang hasil perburuan saya selama dua kali ke Sekaten kemarin.

Memang baru pertama kali ngawul, pada perburuan pertama tanggal 28 November itu saya noraknya bukan main. Melihat begitu banyak baju benar-benar ditumpuk jadi satu, lalu ada pula baju-baju yang digantung. Ditambah lagi, kebetulan di lapak yang saya kunjungi di sana cenderung menjual lebih banyak men's clothing daripada women's clothing. Saya girang banget!!!

Ya, secara personal saya memang lebih prefer baju-baju yang masuk kategori men's clothing seperti kemeja kancing dan sweater kalau di tempat awul-awul begini. Soalnya variasinya lebih keren daripada baju cewek-cewek di sana. (Dan baju cowok itu ukurannya gede-gede. Sebenarnya itu sih alasan utamanya, cuma saya tengsin aja bilangnya).

Saat saya memilih-milih baju di bagian baju laki-laki, beberapa kali mas-mas penjual di sana menegur saya, "Baju cewek di sebelah sana, mbak,". Saya sih senyum-senyum aja. Sambil diiringi sahut-sahutan mas-mas penjual yang selalu bilang, "Mantap!", "Bagus!", "Bungkus!" setiap saya mencoba sebuah baju (tenang... saya pakai lengan panjang, jadi kulit nggak akan bersentuhan langsung dengan baju awul-nya), saya terus berusaha menemukan harta karun tersembunyi di antara baju-baju berdebu di sana sambil tertawa-tawa.

Hingga akhirnya, saya ketemu juga dengan dua potong baju awul pujaan hati saya ini.

1. Kemeja Flanel Coklat Manja


Saat menemukan kemeja ini, saya sedang perang batin mau membeli baju ini atau kemeja hitam satunya dengan brand Uniqlo yang juga bikin saya naksir. (Iya, sumpah, saya nemu Uniqlo di sana). Rencananya mau beli dua-duanya, tapi karena memang pengalaman ngawul pertama jadi saya nggak mau ambil risiko, ditambah kegiatan tawar-menawar nggak bisa serendah ekspektasi, akhirnya saya cukup beli satu potong saja.

Kemeja yang saya beli ini berasal dari brand Morgan Wood dan ukurannya M. Kalau di labelnya, tertulis "Morgan Wood: Fine Clothing For Men". Saya sudah berusaha googling brand ini, tapi nihil, nggak ketemu. Jadi, saya nggak tahu reputasi si Morgan Wood ini seperti apa, apalagi harga asli dari baju ini.


Harga awal baju awul ini dipatok sebesar Rp65.000,00. Mendengar harga tersebut, Nyen langsung sigap membantu saya menawar ke penjual dengan sekuat tenaga agar bisa jadi Rp30.000,00. Yah, walaupun akhirnya gagal dan saya harus cukup puas dengan harga Rp40.000,00. Oh ya, omong-omong dandanan mas-mas yang jual tuh mirip sama Krisyanto, ex-vokalis band Jamrud. Itu informasi yang sangat penting.

Nah, bahan dari baju ini sendiri asik-asik saja, tipikal flanel tipis yang nggak panas, tapi juga nggak adem. Saya nggak bisa ngomong banyak kalau soal bahan, soalnya nggak ngerti, hahaha. Intinya, saya suka banget! 

Supaya cocok di saya, saya melinting lengan bajunya yang terlalu panjang itu. Kemudian, kemeja ini juga seru untuk digunakan langsung atau sebagai outer. Agar semakin nggaya, kadang saya memakai baju ini dengan dimasukkan ke celana, itu langsung menciptakan kesan agak modis, lho. Monggo dicoba.

2. Sweater Jejepangan


Pada perburuan kedua tanggal 5 November, sehabis menemani Nyen membeli kemeja denim di salah satu lapak (yang juga menyimpan cerita seru selama menawar harga, semoga suatu hari dia akan cerita di sini), saya mengajak Haz untuk pergi ke lapak lain karena saya masih belum bisa move on.

Sebenarnya, sebelum ketemu dengan si kemeja coklat manja, pada perburuan pertama, saya sudah kepincut dengan sebuah sweater biru dengan tulisan putih heboh berbunyi, "JUNKO SHIMADA GOLF" yang sepertinya juga merupakan nama brand-nya. Warnanya yang sudah agak pudar, ditambah dengan aksen tulisan Jepang yang membuat gimanaaa gitu, bikin saya naksir. Tapi karena nggak yakin, akhirnya saya nggak jadi beli.

Akhirnya, di perburuan kedua saya memantapkan hati untuk kembali lagi ke sana dan berniat membawanya pulang supaya nggak terbawa mimpi. Tapi ternyata, begitu sampai di sana saya lagi-lagi nggak yakin. Soalnya, saya ketemu sweater-sweater lain yang juga cakep

Saat saya menemukan sweater lain yang ternyata ending-nya saya beli, saya masih sempat membandingkannya dengan si "JUNKO SHIMADA GOLF" dulu. Bahkan, saking lamanya saya berpikir, mas-mas penjualnya sampai ikut menyumbangkan pikiran. "Bagusan yang itu (Junko) mbak, lebih rame," usulnya.

Tapi akhirnya saya nggak jadi beli. Pilihan saya pun jatuh pada sebuah sweater biru gelap dengan aksen tulisan Jepang juga, brand Florida Wind ukuran M. Lagi-lagi saya kesusahan melacak website resmi brand ini, satu-satunya info yang saya dapatkan adalah dari laman Rakuten Global Market, yang juga nggak membantu-membantu amat.

Harga awul-nya dipatok sebesar Rp40.000,00. Biasanya Nyen yang paling pandai soal tawar-menawar, tapi berhubung waktu itu Nyen sudah pulang duluan, saya jadi keder sendiri saat menawar. Saya minta harganya jadi Rp25.000,00, yang sebenarnya kalau saya mau usaha sedikit lagi mungkin bisa berhasil. Tapi karena saya sudah capek, ditambah tidak ada Nyen, saya langsung naikkan jadi Rp30.000,00 dan mas-masnya langsung setuju dan membungkus baju itu dengan cekatan.

Tampak belakang sweater. Lagi-lagi dengan tulisan yang saya nggak mengerti.
Saat saya coba di rumah, ternyata ukuran dan panjangnya tidak sesuai dengan yang saya perkirakan. Saya pikir sweater ini akan jadi oversize, tapi ternyata jadi ngepas di badan saya. Nggak apa-apa lah, it's a good thing. Tapi downside-nya adalah sweater ini sangat amat panas sekali, saudara-saudara. Warnanya gelap banget, pula! Tidak recommended untuk dipakai saat sumuk-sumuk

Dari perburuan yang kedua ini, pesan moralnya adalah lebih sulit untuk memilih sweater daripada baju berkancing depan seperti kemeja. Bisa dibilang, sweater yang saya beli ini rasanya biasa-biasa aja, saya nggak merasakan binar-binar jatuh cinta seperti waktu saya pakai si kemeja coklat manja. Hmm, apa seharusnya saya beli yang JUNKO SHIMADA GOLF, ya?

Ah... masih nggak bisa move on, ternyata.

**

Nah, itu tadi cerita dan review ala kadarnya dari perburuan awul-awul di Sekaten versi saya. Mungkin ke depannya saya harus lebih pintar-pintar menahan diri untuk nggak membeli baju yang nggak benar-benar bikin saya jatuh cinta. 

Walaupun harga awul-awul selalu miring, tapi kan tetap keluar duit untuk membelinya. Ada rasa mengganjal di hati kalau ternyata baju yang kita beli ternyata nggak se-asik yang kita pikir.

Begitulah, cukup sekian dari saya. Semoga bisa memberi informasi untuk kamu-kamu yang mungkin ingin mencoba ngawul, baik di Sekaten atau di thrift store manapun. Dadah! [Nadcette]

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar