Take A Look At Thrift Shops in Sekaten

By Born Thrift Way - Desember 06, 2017


Hai. Thrifters!

Menjelang tahun baru Hijriyah artinya perayaan tahunan Sekaten di Yogyakarta juga akan segera dilaksanakan. Sekaten sendiri adalah acara tradisi yang digelar Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Acara ini digelar setiap tanggal 5 bulan Mulud atau Rabiul Awal tahun Hijriyah. Acara yang terdiri dari pasar raya ini, di Yogyakarta, digelar di alun-alun utara keraton. Tahun ini, pasar raya Sekaten diadakan mulai dari tanggal 10 November sampai dengan 30 November 2017.

Nah, pada tulisan kali ini, kami akan berbagi cerita dan pengalaman setelah puas berkeliling di pasar raya Sekaten Yogyakarta. Penasaran? Yuk, langsung scroll kebawah!

Day 1: 28 November 2017

Hari ini, kami berempat memutuskan tetap pergi ke Sekaten untuk “mencuci mata” di awul-awul yang ada disana meskipun cuacanya sedang tidak bersahabat alias hujan deras. Kami menunggu hujan reda sejak pukul 6 sore namun karena tak kunjung reda, akhirnya kami memutuskan untuk tetap berangkat ke pasar raya Sekaten.

Sekitar pukul 8 malam kami tiba di lokasi, dan.. Sekaten seperti bukan Sekaten, guys. Lapak-lapak yang mayoritas tutup, wahana yang tidak beroperasi seperti biasanya, genangan air dimana-mana, dan hanya tersisa beberapa pedagang makanan yang tetap menjajakan dagangannya di tengah derasnya hujan.

Namun, tidak dengan para pemilik lapak awul-awul. Ketika kami berjalan sedikit lebih jauh ke area belakang Sekaten, lapak awul-awul masih tetap buka dan beroperasi. Bahkan, ketika kami singgah dari satu lapak ke lapak lainnya, area tersebut tidak tergenang oleh air. Tetapi tetap saja, jumlah pengunjung yang datang tidak terlalu banyak.

Kami menghabiskan waktu lama untuk “mencuci mata” di dua lapak awul-awul yang ada di Sekaten. Lapak pertama yang kami singgahi memiliki nama toko yang cukup terkenal di telinga masyarakat Yogya, yaitu Pujha. Di sana, tidak ada baju yang diletakkan secara bertumpuk; semuanya digantung dengan hanger.

Harganya? Prediksi kami, melihat cara pedagang menampilkan pakaian-pakaian tersebut pasti lebih mahal dari lapak lainnya. Dan prediksi kami benar. Wajar saja, selain cara menjajakan pakaian yang lebih rapi, model, warna, dan jenis kain dari pakaian-pakaian di lapak tersebut juga terlihat masih sangat layak.

Lapak berikutnya berada tidak jauh dari lapak yang pertama, namun lebih luas. Pakaian yang digantung di hanger dengan harga yang “agak lumayan” hingga pakaian yang ditumpuk dengan harga yang sangat miring, semua ada disini. Varian harganya mulai dari Rp. 5,000/potong hingga puluhan ribu, bahkan melewati Rp. 100,000/potong, tergantung kondisi dan kualitas pakaian. Lapak ini tidak memiliki nama toko seperti lapak yang pertama, namun jenis pakaian lebih banyak di lapak ini.

Setelah membongkar, memilih, mengutak-atik pakaian-pakaian yang digantung maupun ditumpuk selama beberapa menit, kegiatan “cuci mata” hari pertama kami sudahi dengan membeli satu potong pakaian dari lapak kedua.

Day 2: 5 Desember 2017

“Udah masuk bulan Desember, kok Sekaten masih ada?”

Thrifters, dikarenakan cuaca buruk yang melanda Yogya selama akhir bulan November lalu, sepertinya pihak penyelenggara pasar raya Sekaten memperpanjang masa kegiatannya hingga tanggal 10 Desember 2017. Yeay!

Kami kembali mengunjungi awul-awul yang ada di pasar raya Sekaten. Pukul 5 sore, kami tiba di lokasi. Cuacanya bagus, ada banyaak sekali pengunjung yang datang, dan suasana Sekaten sudah kembali festive seperti biasanya.

Kali ini, kami memilih mengunjungi lapak yang lebih terpelosok dari lapak yang kami kunjungi sebelumnya. Ternyata, ada lebih banyak lapak lagi dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan lapak-lapak yang tidak berada di pelosok. Kami sempat bingung untuk memilih lapak mana yang akan kami kunjungi hingga akhirnya kami tertuju pada satu lapak tak bernama.

Pedagangnya ramah dan tetap mendampingi kami selama melihat-lihat dan memilih pakaian-pakaian yang mereka jual. Sembari memilih, kami iseng bertanya-tanya kepada pedagang tersebut darimanakah asal pakaian-pakaian ini.

Ternyata, pakaian-pakaian yang dijual pada lapak mereka ini berasal dari Korea Selatan, Jepang, Tiongkok, Thailand, Vietnam, dan Amerika Serikat. Mereka mengungkapkan bahwa untuk satu karung besar berisi celana jeans dibandrol sebesar Rp. 9,000,000/karungnya dan untuk pakaian seperti jaket atau kemeja sebesar Rp. 10,000,000/karungnya.

Pedagang tersebut memberitahukan ciri-ciri pakaian berdasarkan negara asalnya, semisal jeans bermerk biasanya berasal dari Amerika Serikat dan jaket yang panjangnya hampir selutut dengan bagian lengan yang tidak terlalu panjang biasanya berasal dari Korea Selatan.

Pakaian di lapak ini hampir sama seperti kedua lapak sebelumnya. Ada yang digantung dengan menggunakan hanger dan ada yang ditumpuk. Pedagang mengatakan bahwa yang membedakan pakaian yang ditumpuk dengan pakaian yang digantung ialah 'level'nya, baik itu level kualitas, model, dan kondisi kelayakpakaiannya.

Kegiatan berkeliling di awul-awul pasar raya Sekaten kami akhiri dengan membeli pakaian dua kali lebih banyak dari hari sebelumnya.

By the way, jangan khawatir soal harga! Baik pada lapak kedua di hari sebelumnya maupun pada lapak di hari kedua, range harga termurah tetap dimulai dari angka Rp. 5,000/potong hingga yang paling mahal menembus angka ratusan ribu rupiah per potongnya.

Namun tetap saja kita bisa menawar harga sesuai dengan yang diinginkan hingga disepakati oleh pedagang. Yang terpenting, kita harus jeli saat memilih pakaian agar tidak dirugikan. Ketelitian saat memilih bisa berujung pada menemukan pakaian branded namun dengan harga kaki lima lho, Thrifters!

Bagaimana?
Tertarik untuk berburu pakaian di awul-awul yang ada di Sekaten? Silahkan datang ke Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta dan selamat berburu, Thrifters! [Haz/Nadcette]

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar